Humas Unhasy– Melanjutkan penjelasannya soal Negara Rwanda di Afrika yang dulu miskin kini menjadi negara dengen perkembangan ekonomi pesat. Dalam momen acara “Unhasy Hijrah Menuju Izzah” pada Sabtu (24/05/2025) di Aula lantai 3 Gedung Fakultas Agama Islam Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Ipang Wahid menjelaskan bahwa yang harus diubah adalah mindset dengan pendekatan kacamata jiwa.

“Jika kacamata yang dipakai buram dunia akan gelap, jika yang dipakai bening dunia akan terang dan jelas,” jelasnnya.

Ia menjelaskan ada 2 jenis mindset dilihat dari tingkatannya, pertama ada fix mindset yang percaya bahwa kecerdasan, minat, bakat merupakan bawaan yang tidak dapat diubah. Hasilnya memiliki kecenderungan takut gagal, takut mencoba hal baru, dan mudah menyerah.

“Orang dengan tipologi mindset ini, kecenderungannya mudah mengaggap bahwa segala sesuatu sudah fiks tidak dapat diubah dan akhirnya menyerah dan takut mencoba hal baru,” ungkapnya.

Selanjutnya, ada Growth Mindset, yang percaya bahwa kemampuan bisa dikembangkan melalui usaha belajar dan pengalaman. Orang dengan dengan mindset ini, cenderung pantang menyerah, terbuka akan kritik, dan senang belajar dari kegagalan. “Kita ini kadang takut gagal. Padahal gagal itu bukanlah aib. Salah itu bukanlah negatif, yang terpenting belajar dari kesalahan itu,” terangnya.

Maka, Gus Ipang mengusulkan konsep INSAP dalam memajukan Unhasy, yaitu Inovatif, Solutif, Adabtif, dan Peduli. Ia memisalkan target INSAP Unhasy dengan masuk top 5 PTNU Berbasis Kinerja, Reputasi Nasional & Global, Digital Islamic University, Pusat Inovasi dan Pengabdian, dan Kampus Kader Ulama Modern.

Selain itu, yang paling penting dari proses itu, adalah integritas. Ia memberikan contoh sosok yang berintegritas adalah Gus Sholah, ayahandanya. Baginya Gus Sholah bukan hanya sosok Pengasuh Pesantren Tebuireng tapi juga merupakan arsitek karakter. Selain membuat kurikulum, membenahi bangunan dan lingkungan, Gus Sholah juga membenahi nilai dan membentuk karakter.

“Itulah hijrah sejati, bukan yang ramai dipamerkan. Tapi hijrah yang sunyi, istikamah, dan melahirkan cahaya. Bukan sekedar bangkit, tapi bangkit dengan nilai, keteladanan dan komitmen pada peradaban. Jadilah penerang bagi umat, jadilah pelopor peradaban, jadilah bukti nyata bahwa hijrah kita adalah hijrah menuju izzah (kemuliaan),” kalimat-kalimat penutup Gus Ipang di depan para dosen dan karyawan Unhasy. (Abror/Humas Unhasy)