Humas Unhasy—sejumlah mahasantri Ma’had Jami’ah (Pesantren Kampus) Hasyim Asy’ari yang berada di bawah naungan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng Jombang belajar bermasyarakat secara langsung di Perumahan Padma Tjoekir Village, Cukir Diwek Jombang. Mereka praktik menjadi imam Shalat Isya dan Tarawih, serta menjadi muadzin, bilal Shalat Tarawih, serta tadarus al-Quran setelah Tarawih di Mushalla Perum Padma.

Perumahan yang teletak di sebelah barat Ma’had Jami’ah itu merupakan perumahan baru di Desa Cukir yang tegolong elit. Takmir Musholla perumahan tersebut, Ustadz Abror Rosyidin, menjelaskan bahwa timbulkan ide untuk mengajak mahasantri Ma’had Jami’ah karena keresahannya terhadap kondisi mushalla yang terancam sepi karena perumahan ini tergolong baru dan penghuninya tetapnya belum begitu banyak. Namun ia merasa bahwa perlu untuk megnghidupkan rumah ibadah yang telah berdiri.

“Masalahnya mushalla ini sudah berdiri, terlihat oleh mata telanjang, malu rasanya jika tidak diramaikan saat Ramadan. Mulai saya putar otak, sehingga menemukan ide untuk mengajak mahasiswa di Ma’had Jami’ah Unhasy itu, akhirnya saya kontak kepala pondoknya, itu teman saya,” jelasnya kepada Humas Unhasy pada Sabtu (08/03/2025).

Ia bahkan mengajak para warga untuk ikut serta maramaikan shalat dan tadarus. Di antaranya dengan menyiapkan konsumsi secara bergilir. Ia tidak mematok minimal maksimal konsumsi yang dibebankan, tetapi itu semua berangkat dari keikhlasan dan inisiatif dari warga sendiri. “Para ibu-ibu menjadwalkan sendiri giliran nonjok (menyiapkan konsumsi) untuk tadarus, tanpa ada paksaan. Semoga jadi amal jariah warga sini mas,” tambahnya.

Sekretaris Ma’had Jam’iah Hasyim Asy’ari, Ustadz Yayan Musthofa mengaku menyambut baik ide tersebut, untuk memberikan Pelajaran berharga bagi mahasantri yang siap bermasyarakat untuk terjun ke lapangan. Awalnya ia merasa khawatir, jika ide ini dapat mengganggu kegiatan pondok saat Ramadan. Namun, setelah proses diskusi disepakati bahwa mahasantri yang diterjunkan hanya sebagian saja dan bergantian agar keduanya dapat sama-sama berjalan.

“Ya awalnya saya piker, kalau gitu sepi MJ (Ma’had Jami’ah), kalau ke sana. Tapi ternyata kebutuhannya tidak banyak hanya untuk meramaikan mushalla agar tidak sepi,” cerita pria asal Mojokerto itu.

Manfaat kegiatan ini tentu saja dirasakan oleh para mahasantri yang bertugas. Salah satunya, yaitu Muhammad Syariful Anam. Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiarah Islam (KPI) Unhasy itu merasa sangat senang dapat berkegiatan di Masyarakat. Ia menilai kegiatan ini penting karena praktik seperti ini belum tentu didapatkan di dalam pondok.

“Ini sangat berharga kita belajar banyak dari kegiatan ini, momen Ramadan kan juga berlipat pahala, wong kita di sini shalat dan membaca al-Quran, sudah nyata manfaatnya,” ungkap pria asal Bojonegoro itu.

Perlu diketahui sejumlah 3 mahasantri bergilir menjadi imam Terawih, 3 mahasantri lainnya membantu tadarus al-Quran. Selain mahasantri Ma’had Jami’ah juga, terdapat 4 santri Pesantren Tebuireng 12 Lampung yang kebetulan magang di Tebuireng Media Group dan tinggal di Ma’had Jami’ah turut diperbantukan untuk mengisi bilal Tarawih dan tadarus. (Leo).